Selasa, 07 Juli 2009

Kagem diwaos


Ditinjau secara sosiologis, jika kita berbicara tentang Keris sebagai budaya bangsa, maka setidaknya kita akan berbicara tentang:

  1. Keris sebagai hasil refleksi dari kebudayaan ideal manusia yang hidup bermasyarakat. Dalam konteks ini, kita akan memandang keris sebagai hasil refleksi dari kebudayaan adhi luhung manusia – yang antara lain – terefleksi dari adanya nilai- nilai filosofis, etika dan estika keris:
  2. Keris sebagai hasil dari manifestasi dari kebudayaan actual manusia. Dalam konteks ini, kita akan memandang keris sebagai benda yang secara fisik memiliki fungsi dalam kehidupan manusia yang bermasyarakat:
  3. Keris sebagai symbol status social, status ekonomi dan bahkan juga status politik dalam struktur komunitas tertentu. Dalam konteks ini, kita akan memendang keris dari dimensi social, ekonomi dan bahkan politis, terutama dalam kaitannya dengan makna simbolisnya;



Kebudayaan itu paling tidak mempunyai 3 wujud. Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan-peraturan. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. Dan ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda - benda hasil karya manusia.* Prof.Koentjoroningrat.

Ketika sebuah Keris adalah sebagai hasil gagasan kreatif manusia yang dimanifestasikan ke dalam aktifitas manusia dalam pembuatan Keris, dan akhirnya menghasilkan sebilah Keris (benda), akan timbul sebuah persoalan bagaimanakah suatu struktur social (masyarakat Jawa) menerapkan katiga butir wujud kebudayaan tersebut, terutama dalam kehidupan bermasyarakat?

Persoalan diatas menjadi sangat menarik untuk diamati, dikaji dan didiskusikan, karena – sadar atau tidak sadar- struktur social kita sedang berubah. Dalam proses perubahan struktur social tersebut, barangkali diantara kita yang eksis sebagai makluk individu dan makluk social dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan berbeda dalam melakukan penyesuaian. Adaindividu dan/atau kelompok masyarakat yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan struktur social tersebut. Kenyataan ini bisa kita lihat – misalnya - bagaimana individu dan/atau sekelompok invidu berbeda dalam memperlakukan keris. Per definisi, Keris sebenarnya hanyalah Keris. Dia tidak lebih dari sebilah besi baja yang lurus atau berlekuk – lekuk, runcing dan tajam. Jika kita orang yang awam tentang keris – barangkali - kita hanya akan menganggap keris sebagai sebuah benda yang bisa digunakan sebagai senjata tajam saja, atau paling tidak, sebagai pelengkap (aksesoris) dalam pakaian adat laki- laki Jawa.

Namun, jika kita fasih tentang persoalan keris – barangkali - kita akan bisa menjelaskan secara panjang-lebar, misalnya, dari sisi filosofis pembuatanya, kerumitan tata cara pembuatannya, dan juga keindahan dari hasil pembuatannya. Oleh karena itu – barangkali - juga akan ditemukan berbagai pandangan yang positif atau negative, yang baik atau buruk, yang benar atau salah dalam memberlakukan sebilah keris. Dalam artian dalam suatu struktur social yang sedang berubah, akan sangat dimungkinkan tumbuh dan/atau berkembang berbagai pandangan yang berfariasi tentang keris. Persoalan disini adalah –jika ditinjau secara sosiologis- persoalan Keris bukan pada dikhotomi positif atau negative, baik atau buruk dan benar atau salah, namun pada mengapa pandangan tersebut dapat berfariasi.

Perubahan pada struktur social kita akan selalu ada perbedaan kesiapan individu dan/atau sekelompok individu dalam melakukan adaptasi social. Ada individu dan/atau sekelompok individu yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan struktur social tersebut. Teori sosiologi klasik * Robert K. Merton telah mengkategorikan lima kemungkinan yang dapat dilakukan oleh individu dan/atau sekelompok individu dalam melakukan adaptasi social terhadap perubahan……..termasuk perubahan dalam memberlakukan sebilah keris.

No

Individual adaptation

Cultural goals

Institutionalized means

1

Conformity

+

+

2

Innovation

+

-

3

Ritualism

-

+

4

Retrealism

-

-

5

Rebellion

+/-

+/-

Keterangan :

Tanda + berarti menerima perubahan nilai-nilai (cultural goals) dan cara-cara yang telah dilembagakan (institutionalized means).

Tanda – berarti menolak perubahan nilai-nilai (cultural goals) dan cara- cara yang telah dilembagakan (institutionalized means).

Tanda +/- berarti menolak dan sekaligus menghendaki nilai-nilai (cultural goals)

dan cara-cara yang baru yang telah dilembagakan (institutionalized means).

Melalui kerangka analisis diatas kita akan lebih jelas dalam “memetakan pandangan” suatu struktur social yang sedang berubah terhadap sebilah keris:

  1. Kita akan melihat individu dan/atau sekelompok individu yang menerima nilai-nilai filosofis keris, dan juga menerima bagaimana cara-cara yang telah ditradisikan dalam memperlakukan keris. Kelompok ini akan terdiri dari mereka yang eksis sebagai pecinta, penyayang dan bahkan pecandu keris, karena mereka benar-benar mengetahui tentang aspek filosofis, etika dan estika keris –dan pasti- termasuk benar-benar mengetahui tentang adanya nilai-nilai magis dan makna spiritual dari keris tersebut . kelompok ini jelas akan benar-benar mengetahui dan benar- benar bisa menjelaskan.
  2. Kita akan melihat ada individu dan/atau sekelompok individu yang menerima nilai-nilai filosofis keris, namun mereka menolak cara-cara yang telah mentradisi dalam memperlakukan keris. Kelompok ini akan eksis sebagai pengagum keris saja. Mereka mungkin memiliki satu atau dua buah Keris saja, namun Keris tersebut hanya dikagumi keindahan lahiriahnya saja, tanpa tahu dan tidak mau tahu tentang nilai-nilai magis dan makna spiritualnya Keris lainnya.
  3. Kita akan melihat ada individu dan/atau sekelompok individu yang menolak nilai-nilai filosofis keris, namun mereka menerima keris hanya sebagai hasil kebudayaan (benda) fisik saja. Kelompok ini terdiri dari mereka yang memiliki Keris “by accident” misal karena warisan dari leluhurnya atau pemberian seseorang yang dianggap “linuwih”. Dalam beberapa kasus, kelompok ini juga akan menggunakan keris sebagai symbol status social mereka.
  4. Kita akan melihat ada individu dan/atau sekelompok individu yang menolak, baik nilai-nilai filosofis maupun cara-cara yang telah mentradisi dalam memperlakukan keris. Kelompok ini terdiri dari mereka yang tidak mau tahu dan bahkan benar-benar buta tentang Keris.
  5. Kita akan melihat ada individu dan/atau sekelompok individu yang benar-benar menolak nilai-nilai filosofis dan cara-cara yang telah mentradisi dalam memperlakukan keris, namun mereka sekaligus menginginkan adanya nilai-nilai filosofis dan cara-cara yang baru dalam memperlakukan keris. Kelompok ini terdiri dari mereka yang ingin melakukan “reformasi total” terhadap Keris. Keris tidak lagi hanya dipandang sebagai benda yang memiliki nilai-nilai magis dan makna spiritual saja, namun juga dipandang memiliki nilai-nilai strategis dalam suatu kehidupan bermasyarakat.

Persoalannya kemudian adalah : bagaiman seyogianya (bukan solonya) menyikapi adanya perbedaaan cara pandang terhadap keris ? Per definisi, penjelasan teoritis tentang keris –telah dikemukakan diatas-, sebenarnya menjadi “sah-sah saja” ketika diantara kita, baik secara individu dan/atau kelompok individu saling berbeda dalam memendang tentang keris, apalagi dikaitkan dengan struktur social masyarakat Jawa yang saat ini sedang berubah. Dengan kata lain kita tidak mempersoalkan tentang positif atau negative, baik atau buruk, benar atau salah ketika seseorang tampak “aneh - aneh” dalam memperlakukan keris. Misalnya kita tidak perlu mempersoalkan apakah seseorang memperlakukan secara khusus terhadap kerisnya, karena adanya nilai- nilai magis dan makna spiritualnya, tampilannya yang indah, atau adanya keunikan-keunikan lainnya. Ditijau secara sosiologis, adanya variasi dari tipe 1, 2, 3, 4 atau 5 dalam memperlakukan keris dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bahkan bernegara, merupakan sebuah realita social yang wajar terjadi. Barangkali, terutama bagi orang awam, akan terasa membuang waktu jika memperdebatkan, keris macam apakah yang harus dimiliki sebagai “sipat kandel” nya seorang Presiden Indonesia? Atau barangkali kita akan benar-benar terpesona ketika diajak cangkruk an dan membahas karis yang bisa “berdiri tegak” tanpa sandaran ? Atau, barangkali kita juga akan mengatakan “alah biasa” ketika kita menyaksikan bahwa keris digunakan sebagai sipat kandel dalam dunia perdukunan?

Akhirnya , memang tidak teramat mudah untuk memahami apa makna keris yang sebenarnya sebagai budaya bangsa, apalagi ketika kita telah cepat-cepat antipati terhadap eksistensi keris dan komunitasnya. Pemahaman kita tentu akan berlekuk – lekuk, sebagaimana perwujudan lekuk-lekuk keris itu sendiri. Piye ????

Pustaka acuan :

Koentjoroningrat.1981.kebudayaan,mentalitas dan pembangunan.gramedia

Merton,Robert k.1961.social theory and social structure. Revised and enlarged edition.

**di sadur dari makalah Bapak Drs. DODDY SUMBODO SINGGIH, M.S dengan judul Struktur Sosial Masyarakat Jawa Timur dan Peta Pandangan Tentang Keris

Untuk orang-orang yang mau menggunakan otak dan logikanya bukan hanya takut pada dogma.

Untuk manusia yang masih percaya kepada GUSTI ALLOH SWT, inama amruhu idha aroda syaian ayakulalahu kun fayakun (salah nulis yo ben).


Selengkapnya...

Rabu, 03 Juni 2009

BALANCE MAKE BEAUTY


ngadeg jejek#3

BALANCE MAKE BEAUTY
Limang dina kepungkur kancaku Khamim teka nek kost an ku. Kaya biasane bubar ndatuk perkara kuliahe sing ora bubar-bubar, perkara pecele yu Partun sing uenak, perkara bocah semester telu sing uayu kaya tumbu terus entek entekane njaluk rokok sak kopine. yo wis ngono kuwi wiwit jaman Demak kae.
Sinambi ngoceh ngalor ngidul perkara dosene sing kaya Jenghis Khan, rokok sak bungkus wis amblas diakep....jan ndak nduwe eh yo tenan. Ngerti nek padha sarane, padha kerene gek padha penindas orang tuane kok yo cik mentolone......

Kancaku Khamim sak jane bocahe pinter,tapi malesan. Sak jane bagus nanging ora nate adus. Sak jane waras tapi.........

Khamim iku adhik kelasku,sak jurusan nanging seje semester. Aku semester patbelas dhewekke semester rolas. Padha dene duwe prinsip bahwa kuliah harus dijalankan dengan sepenuh hati, terlalu cepat lulus berarti kita menganggap orang tua tidak mampu membiayai study kita, dengan kata lain semakin lama kita kuliah berarti orang tua kita orang berduit dan pasti orang kaya.......
Konsekwensi logis sing kudu ditampa ......telat rabi.
Telung puluh menit sawise menghancur leburkan simpenan rokok ku, bocah bagus iku klunuh - klunuh metu, ora mulih nanging mlebu pawon. Ora antara suwe wis metu karo glegek en. Tanpa pamit terus ngujus metu lawang ngarep, keprungu swara montor di stater terus wuss....grombyang swara pot ceblok. Ajeg saben mulih mesti nyrempet pot kembange ibu Kost.

Lungane Khamim ninggal barang berhargane. Keri. Apa pancen wis ndak butuh. Pi'i ne keri. Aja kok kira jeneng menungsa, iku mono type hp seko merk tertamtu. Ndak perlu tak tulis jelas tiwas dikira iklan.
Lumayan,hp tak bukaki mbok menawa ana sms kang wigati utawa poto sing memper disawang mata normal. Sok kae ana mata sing diatas normal dadine nyawang barang indah jare malah ndak sesuai norma......
sepisan meneh,bukti kebengalane si Khamim terkuak. File-file pesen isine mung sms perkara tagihan utang seko kanca-kanca,tagihan tugas mandiri seko dosen-dosen lan tagihan durung mbayar semester pendek sepuluh mata kuliah.....edan tenan. Nah file gambar isine mung poto -poto tokoh komik animasi....ndak dewasa blas,mosok ndak enek gambar pornone blas. Ana siji potone si Arum lagi adus....ponakane sing umur rong tahun iku pancen lucu tur nyenengake.
Mak bedunduk....mripatku nyawang pendirangan.Ana file sing rada narik kawigatenku. judule senggol modot. Dudu judul aneh sing gawe aku gumun nanging gambar-gambar sing ana kono. Salah sawijine kaya ing ngisor iki.

Dina iki Rebo tanggal nem likur maret tahune ora usah tak sebutake. Aku lungguh ndangkluk nek ngarep terminal bis (bus apa bis yo). Dhewekan. Kaya wong semayanan karo slingkuhane. Kang Suhadi Waras sing duwe penitipan montor ngarep terminal katon ndak penak nyawang aku. Wajar.... stelan jeans biru karo bathik lengen dawa pancen ndak pantes banget disawang. Kaya wong edan tenan. Nanging yo piye meneh pancen sarate yo kudu ngono kuwi...kudu bathikan... ndak peduli ngisorane apa....ngono pesene Khamim.

Dina iki mau aku semayanan karo Khamim arepe mertamu, silaturahmi, sungkem lan mbuh apa maneh istilahe...intine arepe sowan nek ndaleme mBah Liem, sesepuh sing kagungan keris bisa ngadeg dhewe sing kaya nek gambar wallpaper Pi'i ne Khamim.

Keris ngene iki aku wis nate weruh nek ndaleme P.Budi "Plandang" Sujarwo. Kolektor keris kelas Paus nek kutho iki. Wong siji iki sing menginspirasi aku malih dadi pemburu barang sing jenenge keris.Bedane nek Bos Budi kerise nek aku cukup gambare. Arepo ngoleksi kerise dhuwit ko ngendi.....mahasiswa kere....

Ubarampe kanggo kepentingan misi penting iki wis tak cepakake. Kamera digital D90 silihan lan laptop XFR D360 silihan. Kabeh sarwa silihan, klebu klambi bathik iku mau. Ora lali rokok putihan pitung cepet kanggo mBah Liem. Kudu putihan tur kudu pitu ngono jarene Khamim. Aku iyo wae.......

Jam sanga luwih patbelas Khamim njebus. Jan ndak konsisten karo jadwal lan MOU ne. jare jam sanga tepat....nyatane molor. Jare kudu nggawe bathik....nyatane dheweke malah ngawe kaos karo jeans. Jan ndak baik blas. Iki mengko nek nganti aku sing digandhengne nek mburi mesti persis Khamim mbonceng mbahe.....aku kudu sing mbonceng...sak ora orane ben kaya bapak arep ngeterne anak njupuk rapot.

Panggonan sing tak tuju parane arah barat kota. Jare Khamim ngliwati waduk sing gedhe dhewe sak Asia Tenggara, sing tiap pojok areane dipasang kamera CCTV nganti telung atus an titik nggo ngawasi bocah pacaran rina lan wengi (kira-kira).

Jam sewelas pas aku nyampek nek panggonan sing tak tuju. Di puncak gunung. Suejuk banget. Ndak enek swara montor blas. Dusun Kradenan.Letak goegrafise ndak usah di critakne....kaya pelajaran IPS ae....

Sing jenenge mas Liem (ndak pantes ditimbali mbah) wonge modis banget. Umure telung puluh limanan, kuning gedhe dhuwur. Sik durung nikah....jare ndak payu. Daleme gedhe dhewe sak lingkungane,ana wajan nek nduwur wuwunge...TV langganan. Mas Liem iku kancane mas Ahmad kakange Khamim. Kanca dadi guru Pe Te eN nek Semarang. Nek pas libur pulang kampung ngene iki.

Penghubungku sing bagus dhewe - Khamim- nggacor ngalor ngidul golek batu loncatan kanggo matur tujuane. Ketara ndak profesional blas. Ndak sambung- sambung. Arep sambung pie lha wong sing diomongne bab Google earth. Ndak betah ngenteni,laptop tak urupne tak bukak file kebo lajer,tak aturne Mas Liem....

Kaya weruh midodari udo ora kembenan, mas Liem antusias banget nyawang koleksi poto-potoku. Aku tansaya kendel menehi komentar. Bab sak renane Pamor tak kupas tuntas. Wiwit mrutu sewu tekan raja gundalane Pak Budi Sujarwo tak terangne detail banget. Bab Dhapur ugo ngono. Wis pokoke aku dadi guru besar.....sebab aku iso ngajari dosen sing wis eS telu.

Pungkasane keris dhapur Tilam Upih lan Tilam Sari pamor beras wutah tangguh Majapahit kagungane mas Liem metu seko kandhange. Ketara terawat banget. Wiwit rangka tekan selute resik ora teyengen blas.

Jare mas Liem keris iki bisa di deg ake (ora ngadeg dhewe bro..) amarga saka keseimbangan kang di duweni keris iku mau. Panjang, lebar, tebal dan simetris benda dalam keadaaan seimbang sehingga mampu berdiri (tidak tegak) diatas alasnya.Kaya bocah semester telune Khamim yang punya panjang dan lebar yang seimbang sehingga terlihat sangat indah.... Bakale sing saka besi, baja lan nikel uga duwe pengaruh tumrap wesi antik iki. Tansaya dawa mas Liem crita secara ilmiah malah ndadekake aku tambah bingung ora tambah ngerti. Nanging kanggoku aku wis marem banget dene wis dikeparengake njepret gambar keris mau kanggo tambah koleksiku. Sing dadi gumunku gek kepriye carane mbah mPu biyen nyawijekake telung material sing nduweni titik lebur ora padha nganti dadi sak material sing dadi bahane kermis eh keris mau.......

Upama digawe bahan skripsi.......ditampa apa di........



cathetan :
dhapur : bentuk
pamor : hiasan bilah
tangguh : masa pembuatan
mPu : seseorang yang punya keahlian dalam membentuk keris.

Selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

THE COMMANDER


ngadeg jejek #2

THE COMMANDER

It is a story. One that is very old. Story that has been told trough the generations. Something unique that can pass trough the time. The story that would live our life with lessons in each part of it.

This story tells us about a man. A man with special ability, skills and characteristic. He has ability to talk with his buffalo and ask it to do all of his commands. He is a man even so called the COMMANDER.
From here the story begins.
(GATOT RIAWAN for ngadeg jejek)

PARNO.Sebuah nama. Nama yang sederhana. Sangat sederhana. Namun ada sebongkah makna yang tersirat di dalamnya. Makna tentang keteguhan diri, ketulusan hati dan jiwa yang besar. Jiwa yang merdeka.

mBah. Adalah sebuah " gelar" yang selalu melekat di depan namanya. Sebuah tambahan nama yang sebenarya tidak dia inginkan. Tidak dia harapkan. Tetapi kedewasaan dia berfikir dan ketauladanan dalam bertindak yang telah dia tunjukkan dalam setiap detik di hidupnya membuat dia
begitu sangat layak menyandang gelar "kasepuhan" JAwa itu.

Resi. Adalah sebuah panggilan akrab dari orang - orang disekitar mbah Parno. Mereka yang selalu asyik ketika sedang berbincang tentang sesuatu tema yang tidak terlalu berat untuk dilogika dan dianalogika kan. Sebuah tema tentang elemen kehidupan yang sehari - hari telah menjadi teman mereka mengisi hidup. Sebuah tema tentang padi, tentang sawah, tentang "tegalan", tentang wereng dan tentang Kliwon, Wage, Gumbreg, Tambir dan Tomas kerbau - kerbau kesayangan mbah Parno

mBah Parno adalah satu dari - mungkin- beberapa petani yang masih setia dan bangga pada profesinya. Mendedikasikan dirinya pada sawah sebagai petani. Petani tradisional. Tradisional untuk seluruh aspek dan unsur penunjangnya. Tradisional untuk pemikirannya tentang sawah. Tradisional untuk cara penggarapannya.

mBah Parno tidak pernah menggunakan management yang kelewat " njlimet " untuk sawahnya. Planning, Organizing, Actuating dan Controlling mungkin tidak pernah ada di kamus mangementnya. Singgah pun tidak.
Sawah adalah tempat menanam, memelihara dan memanen padinya. Hanya itu. Tidak lebih tidak kurang.

Saat mengolah lahan tiba adalah saat yang paling dirindu. Ketika lahan di " luku " dan kemudian di " garu ". Ketika tanah yang terbalik oleh " singkal " dan kemudian dihancur lumatkan oleh mata garu. Saat pasangan Kliwon dan Gumbreg bersaing dengan pasangan Wage dan Tambir disaksikan oleh Tomas....anak mereka.
Saat itulah mBah Parno dengan sangat piawai mampu berkomunikasi dengan para kerbau kesayangannya. Setiap kata dan kalimat yang dia ucapkan akan sangat dapat dimengerti, difahami dan dikerjakan oleh para kerbaunya. Dengan tanpa paksaan.
Sebuah kekuatan instink dan intuisi yang sangat terlatih.Sebuah simbiosis mutualis.

Beberapa untai kalimat dengan nada dan pengucapan yang terdengar khas mampu membuat kerbau kerbau itu larut dalam pekerjaan dan menjalankan setiap aktifitas dengan sangat sinergis.

"hzit-hzit" maka Kliwon dan Gumbreg pun mulai berjalan dengan perlahan menapaki setiap lahan kedhok an sawah. Dengan tanpa intimidasi sebatang cemeti kedua hewan itu pun dengan riang menarik bilah batang luku yang meniti mata singkal membolak balik kan tanah dengan sempurna. Sangat sempurna. Saat lahan terasa sangat datar dan mudah untuk dilalui maka mBah Parno akan segera mengucapkan kata "hzak-hzak"sebagai pertanda bahwa Kliwon dan Gumbreg harus menambah "akselerasi" kecepatannya, mereka harus menambah satu "gigi percepatan" satu tingkat lebih tinggi...dan kedua hewan itupun melesat. Suatu ketika mBAh Parno berucap " Won...her-her...Won" atau terkadang "yo Mbreg...her-her-her" itulah perintah bahwa sepasang pejuang itu harus berbelok sesuai dengan alur kedhok an yang mereka lewati.Jika alur ke kiri, mereka akan ke kiri dan demikian sebaliknya. Sesekali perintah " hooo...ko..ko..ko..ko" diucapkan saat mBah parno memberi kesempatan ke dua pejuangnya untuk beristirahat sejenak....berhenti bekerja dan makan rumput yang hijau. Kata terakhir adalah perintah untuk berhenti. Menghentikan semua aktifitas. Beristirahat untuk sejenak. Istirahat dengan tetap menjaga sikap.

Untaian kegiatan seperti itu terus berjalan dan berjalan dengan tetap saling ber simbiosis mutualis sampai seluruh lahan yang diluku selesai dikerjakan, untuk kemudian pasangan Wage dan Tambir mengambil alih peran dengan senjata garu dibelakang mereka. Dengan kata - kata dan ucapan yang sama, mBah Parno menghantar pasangan pejuang ini melaksanakan tugasnya menghancur dan meluluh lantakkan tanah yang sudah terbalik menjadi hamparan lumpur yang halus dan lembut...siap ditanami.

Adalah sebuah contoh "sentuhan" yang sangat bijak yang telah mBah Parno berikan kepada kedua pekerjanya, patnernya, atau -boleh dikata- pegawainya. Adalah sebuah pemandangan yang sangat indah jika kita mampu berbuat dan bertindak dengan mengedepankan rasa toleransi dan menggunakan hati. Sebuah tindakan yang pasti akan aku renungkan. Sebuah contoh dari seorang Mbah Parno. The Commander.



sebuah catatan :
tegalan : lahan yang biasanya kering dan ditanami palawija
kliwon, wage : nama pasaran hari dalam penanggalan jawa
gumbreg, tambir : nama wuku (rasi) dalam penaggalan jawa
njlimet : rumit,bertele-tele
luku dan garu : bajak (punya fungsi dan guna yang berbeda *di jawa)
singkal : mata luku

Selengkapnya...

Selasa, 17 Maret 2009

LOKANANTA (ngadeg jejek#1)


Suatu masa, saat aku masih menjadi murid kelas dua Sekolah Dasar, di desaku . Saat di setiap pagi harus melalui sebentang sawah sebelum sampai di gedung sekolah. Melewati rumah mBah Tajab yang megah, melewati kebun mangga lek Minto yang luaas, dan harus berpapasan dengan pohon Kepuh besar....pohon yang paling dikeramatkan di desaku.....dari sini cerita ini berawal.

Adakah sebab kenapa aku begitu bangga pada rute ini......?
Mengapa aku begitu ingin berbagi cerita ini......?

Sawah yang aku dan teman - teman lalui tidaklah luas, juga tidak memanjang, tetapi curam, terjal dan berundak. Terlalu sulit dilalui oleh anak seusia kami. Belum lagi saat pematang sawah becek dan lunak karena baru di " popok" dan di "tamping " oleh pemiliknya...... sembilan puluh lima kali kami harus lebih berhati- hati, jika tidak ingin terpeleset, terjungkal, terjerembab masuk ke "kedhok an" sawah....dan akibat terburuk baju seragam satu- satu nya harus kotor dan tidak punya ganti lagi untuk ke sekolah.

Sawah inilah akses tercepat kami untuk bisa sampai ke belakang lumbung padi sebelah barat rumah mBah Tajab.....orang terkaya di desaku.....orang nomer satu di desaku....orang yang paling berpengaruh di desa ini....orang yang selalu duduk di kursi besarnya dan melepas senyum ramahnya kepada siapa saja....orang yang selalu mendengarkan suara gamelan dari LOKANANTA....

Demi untuk ikut sekedar mendengarkan suara gamelan dari si lokananta inilah kami rela menempuh rute maut itu.........

LOKANANTA....demikian kami dan teman - teman sepakat memberinya nama. Apa makna dan artinya....kami pun tidak tahu. Nama itu kami sepakati dari suara yang keluar dari si lokananta itu sendiri. Setiap kali akan berbunyi....kata lokananta selalu terdengar sebelum suara yang lain menyusul....

Lokananta adalah kotak kayu hitam yang pintar....lebih pintar dari Pak Hardi, guruku. Lokananta bisa mengeluarkan suara apa saja....Pak Hardi.... tidak.Dia hanya bisa bersuara "bocah goblok, anake sapa kowe" itu saja,dan selalu hanya itu.......
Lokananta adalah benda mewah yang hanya dimiliki oleh mBah Tajab dan kami punya kesempatan untuk ikut menikmati keajaibannya.
Lokananta adalah sebuah kebanggaan buat kami,desa kami dan jiwa kami....masa itu..!!!!

Hari ini,saat tulisan ini terbaca, adalah saat yang sangat membanggakan buat aku, dan mungkin juga buat sahabat- sahabat ku, teman - teman masa kecilku yang ikut bersama melewati rute maut setiap pagi hanya untuk suara lokananta.

Lokananta itu kini ada di atas meja kerjaku,berdamping dengan dua lokananta yang lain menemani aku disetiap aktifitas kerjaku. Memberi aku inspirasi untuk menulis tulisan ini. Meski tak bisa lagi bersuara tetapi kenangan dan keindahan nya tetap memberi aku semangat dan keyakinan bahwa hidup adalah proses adaptasi.

untuk teman-teman masa kecilku : Bingtur,Taufik,Nanto dan Supri dimanapun kalian berada dan sempat membaca tulisan ini,kalian boleh marah dan geram kepada aku.... meski kalian telah bisa membawa pulang "lokananta" yang lain,tetapi LOKANANTA kita yang asli,lokananta target utama perburuan kita,sejak lima tahun yang lalu telah berhasil menetap dan tinggal di rumahku dan akan tetap tingal disini. Tiga puluh empat tahun perburuan kita sudah berakhir....dan aku pemenangnya.

Salam hormat dan kangen selalu untuk kalian.


note : popok dan tamping adalah poses pembenahan pematang sawah untuk memperoleh pematang sawah yang lebih kuat dan bersih dari rumput liar.Kedhok an adalah bidang lahan sawah yang ditanami.Bocah goblok anake sapa kowe berarti anak bodoh putra siapa kamu.

Selengkapnya...